Berdasarkanlatar belakang di atas, identifikasi masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: a. menganalisis aspek sintaksis dan semantic Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar. b. menjelaskan aspek Prosodi Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar. c. menjelaskan aspek Pragmatis Puisi Senja di Pelabuhan Kecil
Halini berbeda pada puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" pengarang menceritakan tentang cintanya yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Pengarang menggambarkan gedung, rumah tua, tiang, dan temali, kapal, dan perahu yang tidak bertaut. Benda-benda itu semua mengungkapkan tentang perasaan sedih dan sepi yang dirasakan pengarang.
AnalisisStruktur Batin Puisi 'Senja Di Pelabuhan Kecil' Karya Chairil Anwar. Add Comment Sastra. Monday, June 17, 2019 (SMP PGRI Jengawah) SENJA DI PELABUHAN KECIL. Karya Chairil Anwar. Buat Sri Aryati. Ini kali tidak ada yg mencari cinta. di antara gudang, rumah tua, pada cerita. tiang serta temali. Kapal, bahtera tiada berlaut
Vay Tiền Nhanh. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ini kali tidak ada yang mencari cintadiantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba diujung dan sekalian selamat jalandari pantai ketempat, sedu penghasilan bisa terdekap Pada puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Senja di Pelabuahan Kecil menceritakan tentang cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Kemudian pengarang menuliskan sebuah gedung, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu dalam puisi tersebut dimana benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih dan sepi . Yang dimana benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih dan sepi. Yang dimana benda-benda tersebut tertulis dalam bait pertama. Pada bait kedua, pengarang memfokuskan pada latar suasana tidak membahas benda-benda lagi seperti pada kalimat "Dipelabuhan itu turun gerimis yang mempercepat kelammenambah kesedihan yang dialami pengarang dan ada "kelapa elang" yang menyinggung muram"membuat hati pengarang menjadi lebih muram, dan hari-hari seakan lagi berenang . suasana dipantai membuat pengarang dipenuhi harapan untuk terhibur, ternyata suasana pantai itu kemudian berubah, harapan untuk mendapatkan itu menjadi musnah, sebab pengarang menuliskan kalimat "kini tanah, air, tidur hilang ombak". Pada bait ketiga dalam puisi, pikiran pengarang lebih memfokuskan pada dirinya. Ia merasa dirinya benar-benar sendiri. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk memberikan hiburan dalam kesendiriannya itu . Pada kalimat selanjutnya ia menuliskan "Dalam kesendirian itu, ia menyisiir semenanjung semula ia berjalan dengan dipenuhi harap dan kalimat sekali tiba diujung dan sekalian selamat jalan" dari kalimat tersebut saat ia mencapai ujung dan tujuannya, ternyata orang yang diharapkan malah mengucapkan selamat jalan. Maka dari itu pengarang merasa bahwa ia sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya kembali. Dari puisi diatas karya Chairil Anwar yang berjudul" Senja di Pelabuhan Kecil", puisi ini menggambarkan perasaan seoarng penyair yang gagak dan merasa sedih dalam percintaan yang dia alami, kemudian ia utarakan dalam bentuk puisi ini. Berdasarkan kehidupan nyata, manusia yang mengalami soal percintaan mungkin pernah mengalami kegagalan. Ketika manusia mengalami kegagalan tersebut, manusua akan kehilangan motivasi untuk menjalani kehidupan yang ia jalani dikarenakan tidak ada yang mendampingi. Kelebihan dan kekurangan pada puisi senja di pelabuhan kecil adalah puisinya bagus terlihat pada pemilihan diksi yang tepat,akan tetapi dalam puisi tersebut juga masih banyak dijumpai kata- kata yang sulit untuk dipahami sehingga membutuhkan kamus untuk mengartikannya dan juga membutuhkan pemahaman yang tinggi untuk mengetahui maksud atau makna dari puisi tersebut. Membutuhkan tingkat pengalaman dan penghayatan agar pembaca dapat mengetahui maksud tersirat dari puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" 1 2 Lihat Puisi Selengkapnya
buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Jakarta - Pada 26 Juli 1928, penyair legendaris Chairil Anwar lahir. Ia aktif dalam menyebarkan karya puisinya di masa pembentukan Indonesia merdeka sejak tahun 1942 sampai 1949. Dan tahun ini, seabad atau 100 tahun Chairil Anwar diperingati di dunia sastra, puisi-puisinya terbilang popular dan masih sering dibacakan oleh banyak kalangan. Disebutkan dalam laman Chairil Anwar telah menyumbang karya tulisan sebanyak 75 puisi, tujuh prosa, dan tiga koleksi puisi. Beliau juga menerjemahkan 10 puisi dan empat prosa. Sedangkan dalam laman menyebutkan hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada puisi-puisinya, Chairil Anwar mampu memberikan semangat baru pada perubahan sajak sastra di budaya Indonesia. Keunikan dan pengetahuannya membuat puisi-puisinya semakin tajam ketika didengar. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa puisi terkenal yang pernah diciptakan oleh Chairil AnwarPuisi Karya Chairil Anwar NisanPuisi berjudul nisan merupakan karya termudanya di tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Umumnya istilah nisan merujuk pada batu yang ditanam di atas kuburan. Namun berbeda dengan apa yang disebutkan dalam laman Nisan dalam puisi Chairil ialah persembahan bagi neneknya. Berikut puisi lengkapnyaBukan kematian benar menusuk kalbuKeridhaanmu menerima segala tibaTak kutahu setinggi itu di atas debuDan duka maha tuan tak bertahtaAkuMengutip Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya 2009 karya Sri Sutjianingsih, puisi ini memperlihatkan fenomena hidup individualisme yang dijalankan oleh Chairil Anwar. Berikut lengkapnyaKalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagiKarawang Bekasi Dalam jurnal berjudul Nasionalisme dalam Sajak Chairil Anwar, puisi berjudul Karawang Bekasi merupakan gambaran dari situasi dan kondisi di front Karawang-Bekasi pada masa revolusi fisik 1945-1949. Tepatnya untuk mempertahankan pertahanan dari Nederlands Indies Civil Affair Officier NICA. Berikut lengkapnyaKami yang kini terbaring antara Krawang-BekasiTidak bisa teriak Merdeka’ dan angkat senjata lagiTapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kamiTerbayang kami maju dan mendegap hati?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi kenanglah sudah coba apa yang kami bisatapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan ati 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakanTapi adalah kepunyaanmuKaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan, atau tidak untuk apa-apaKami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkataKaulah sekarang yang bicara padamu dalam hening di malam sepiJika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenang lah kamiTeruskan, teruskan jiwa kamiMenjaga Bung KarnoMenjaga Bung HattaMenjaga Bung SjahrirKami sekarang mayatBerikan kami artiBerjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenang lah kamiyang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Krawang-BekasiKepada Peminta-MintaBerdasarkan jurnal karya puisi ini ditulis oleh Chairil pada bulan Juni tahun 1943. Puisi ini menonjolkan sikap kritis Chairil dalam menggambarkan kondisi seseungguhnya kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat pada pembaca. Mulai dari sikap ekspresionisme sampai sikap sosialnya dari apa yang terjadi. Berikut puisi lengkapnyaBaik, baik aku akan menghadap DiaMenyerahkan diri dan segala dosaTapi jangan tentang lagi akuNanti darahku jadi lagi kau berceritaIklan Sudah tercacar semua di mukaNanah meleleh dari lukaSambil berjalan kau usap tiap kau melangkahMengeerang tiap kau memandangMenetes dari suasana kau datangSembarang kau dalam mimpikuMenghempas aku di bumi kerasDi bibirku terasa pedasMengaum di baik aku akan menghadap DiaMenyerahkan diri dari segala dosaTapi jangan tentang lagi akuNanti darahku jadi jurnal berjudul Pemahaman Semiotika Sajak Doa Karya Chairil Anwar, mengandung makna mengenai hubungan seorang insan dengan Tuhannya. Sajak ini terbilang bertentangan dengan diri CHairil sebagai "Ahasveros" atau bersikap individualis dan eksistensialis. Berikut puisi lengkapnyaKepada pemeluk teguhTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namamuBiar susah sungguhMengingat Kau penuh seluruhCahaya Mu panas suciTinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuAku hilang bentuk remukTuhankuAku mengembara di negeri asingTuhankuDi pintu Mu aku bisa mengetukAku tidak bisa berpalingPersetujuan Dengan Bung KarnoSelanjutnya puisi yang dibuat oleh Chairil untuk Soekarno pada masa kemerdekaan. Isinya menjelaskan kobatan untuk melepaskan penjajahan dan membentuk Indonesia yang baru. Berikut lengkapnyaAyo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janjiAku sudah cukup lama dengan bicara muDipanggang di atas api muDigarami lautmu dari mulai tanggal 17 Agustus 1945Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimuAku sekarang api, Aku sekarang lautBung Karno! Kau dan aku satu zat satu uratDi zat mu, di zat ku kapal-kapal kita berlayarDi urat mu, di urat ku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuhSenja di Pelabuhan KecilMenurut jurnal berjudul Analisis Struktur Barin Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar, menjelaskan bahwa puisi ini menggambarkan kondisi dari kesedihan, ratapan, dan duka. Pesan yang disampaikan ialah kegagalan sebuat cinta bukan akhir dan segalanya dan hal tersebut dapat kita dapatkan kembali dari pelabuhan yang lebih luas. Berikut lengkapnyaIni kali tidak ada yang mencari cintadiantara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpautGerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekapFATHUR RACHMAN Baca 100 Tahun Chairil Anwar, Sang Penyair Sempat Dituduh Lakukan Plagiat Puisi Karawang BekasiIkuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
makna puisi senja di pelabuhan kecil